PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
( P3K)
Sumber Gambar : https://hanosen.com/wp-content/uploads/2014/11/Training-P3K.jpg
PertolonganP ertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan pertolongan pertama yang
harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit
mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan atau
Rumah sakit. P3k yang dimaksud yaitu memberikan perawatan darurat pada korban,
sebelum pertolongan pertama yang lengkap diberikan oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya.
P3k diberikan untuk menyelamatkan korban, meringankan penderitaan korban,
mencegah cidera atau penyakit yang lebih parah, mempertahankan daya tahan
korban, dan mencarikan pertolongan yang lebih lanjut. Ada pun prinsip-prinsip
pertolongan terhadap korban serta beberapa peralatan yang diperlukan terhadap
korban namun tidak semua ada, akan tetapi kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan.
A. Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan
darurat tersebut
diantaranya:
1.
Pastikan Anda bukan menjadi korban
berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita
menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah
tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
2.
Pakailah metode atau cara pertolongan
yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah
sumber daya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila
Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh
seluruh anggota.
3.
Biasakan membuat catatan tentang
usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan
waktu kejadian, dan sebagainya. Catatan ini berguna bila penderita mendapat
rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
B. Sistematika Pertolongan
Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan
adalah :
1.
Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap
tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka
ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan
kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk
ditolong.
2.
Jauhkan atau hindarkan korban dari
kecelakaan berikutnya
Pentingnya menjauhkan dari sumber
kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan
memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan
pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada
kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa
yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3.
Perhatikan pernafasan dan denyut jantung
korban.
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
4.
Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu
3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan
tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju,
ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu.
Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari
bagian tubuh.
5.
Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan
bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban
muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak
kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan
untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air
dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita
sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6.
Jangan memindahkan korban secara
terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari
tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya
kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan
ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan
harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban
usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai
saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
7.
Segera transportasikan korban ke
sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama
pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah
sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan
mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya
kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten. Setiap pemberian pemberian
pertolongan pada kecelakaan secara terinci tentu berbeda, tergantung pada
jeniskecelakaan yang terjadi, jenis dan bentuk cidera serta situasi dan kondisi
korban. Namun pada dasarnya pertolongan pertama pada kecelakaan harus dilakukan
secara sistematis berdasar kepada DR CAB ,yaitu :
1)
Danger (Bahaya)
Pastikan Keadaan Aman untuk Menolong
Sebelum menolong korban, sebaiknya anda memastikan bahwa lokasi benar-benar
aman bagi anda sebagi penolong, orang-orang di sekitar lokasi kejadian, dan
korban itu sendiri. Periksalah segala sesuatu yang dapat yang mengancam
keselamatan. Gunakan pelindung diri yang ada, seperti sarung tangan dan masker
untuk mencegah faktor risiko infeksi menular. Jangan mengambil risiko untuk
menjadi korban berikutnya.
2)
Response (Respon)
Pastikan Kondisi Kesadaran Korban
Periksa kesadaran korban dengan cara memanggil namanya jika Anda kenal, atau
bersuara yang agak keras di dekat telinga korban, jika tidak ada respon juga,
tepuk pundak korban perlahan namun tegas, berikan rangsangan nyeri (misalnya
mencubit bagian telinga korban). Jika korban masih tidak ada respon, segara
panggil bantuan medis, dan lakukan tahap selanjutnya, karena anda masih
mempunyai waktu untuk menunggu bantuan medis datang.
3)
Compression (Tekanan pada Dada
Setelah memastikan korban tidak
memberi respon dan sudah memanggil bantuan medis, lakukan kompresi dada yang
biasa di kenal RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru) atau disebut CPR (Cardio
Pulmonary Resutation). Melakukan RJP yang benar adalah dengan meletakkan korban
pada permukaan datar dan keras. Adapun langkah-langkah dalam melakukan RJP pada
korban dewasa adalah :
–
Berlutut di samping korban.
–
Tentukan posisi kompresi dada, dengan
menemukan titik tengah pertemuan tulang iga dada korban.
–
Setelah menemukan titik kompresi,
tempatkan tumit tangan anda pada titik tersebut, dengan satu tangan lagi
diatasnya.
–
Posisikan tangan anda tegak lurus dan
jaga agar tetap tegak lurus pada saat melakukan kompresi, dan lalu tekan dada
korban.
–
Berikan 30 kali kompresi dada, lakukan
dengan cepat dan pertahankan kecepatannya.
–
Berikan kompresi dengan kedalaman 2
inchi (5 cm).
4)
Airway (Jalan Nafas)
Setelah melakukan 30 kompresi, buka jalan nafas korban dengan metode Head-tilt
chin-lift. Tujuannya adalah untuk membuka jalan nafas korban yang tersumbat
oleh lidah yang tertarik ke tenggorokan sehingga menutupi jalan nafas. Cara
melakukan metodeHead-tilt chin-lift yaitu:
–
Letakkan telapak tangan Anda di dahi
korban dan letakkan jari-jari tangan Anda yang lain dibawah dagu korban.
–
Kemudian tekan dahi ke bawah sambil
angkat dagu keatas sehingga kepala korban mendongak keatas dan mulut korban
terbuka.
5)
Breathing
(Bernafas)
Setelah jalan nafas terbuka,ju lanjutkan dengan pemberian 2 kali nafas bantuan
dari mulut ke mulut. Perhatikan membusungnya dada korban untuk memastikan
Volume tidal. Volume tidal adalah jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas, dimana volume tidal normal sesorang adalah 350-400ml.
Adapun cara memberikan nafas bantuan sebagai berikut :
–
Pastikan jalan nafas korban masih
dalan posisi terbuka dengan metode Head-tilt chin-lift sebelumnya.
–
Tekan hidung korban untuk memastikan
tidak ada udara yang bocor melalui hidung, ambil nafas dengan normal lalu
tempelkan mulut serapat mungkin pada mulut korban dan tiupkan nafas Anda
melalui mulut.
Lakukan dengan perbandingan 30:2 yaitu 30 kompresi dada dan 2
kali napas bantuan, sampai ada respon dari korban atau sampai bantuan medis tiba.
Perlu diketahui, bahwa otak tidak boleh kekurangan oksigen lebih dari 4 menit
terutama saat diketahui jantung seseorang berhenti. Itu artinya Anda hanya
punya waktu kurang dari 4 menit untuk melakukan RJP atau CPR pada korban.
Resusitasi jantung paru – paru (Cardio Pulmonary Resuscitation/CPR)
Ini adalah langkah – langkah penyelamatan jiwa seseorang dimana denyut jantung
telah berhenti. CPR adalah kombinasi dari masase jantung dari luar dan
resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah
mengikuti latihan sehingga berkurang kemungkinan Anda melakukan kesalahan yang
malah bertambah cedera pada penderita.
Adapun susunan prioritas pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan yaitu pada korban:
1. Henti napas.
2. Henti jantung.
3. Pendarahan berat.
4. Syok ketidak sadaran.
5. Pendarahan ringan.
6. Patah tulang atau cidera lain.
Tindakan penolong selama melakukan pertolongan pertama, harus di
perhatikan pula:
1. Hindari memindahkan korban
Memindahkan korban adalah hal yang sangat berbahaya jika tidak
menguasai dengan baik teknik cara memindahkan korban. Hal in dapat menebabkan
hal yang serius bahkan menambah buruk kondisi korban, terutama pada kasus
cidera tulang belakang.
2. Jangan pernah ragu
Lakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan
penuh keyakinan dan tiada ragu secara cepat dan tepat, karena keraguan dalam
melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan adalah mati.
3. Hubungi petugas yang berwenang
Menghubungi orang atau petugas yang menguasai dengan baik teknik
pertolongan pertama sebaiknya dilakukan sebaik mungkin.
Adapun kasus-kasus kecelakaan atau gangguan dalam kegiatan alam
terbuka berikut gejala dan penanganannya, yaitu sebagai berikut:
A.
Pingsan (Syncope/collapse)
yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2,
lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),
hiploglikemia, animea.
gejalanya:
– Menguap berlebihan
– Tak respon (beberapa menit)
– Denyut nadi Perasaan limbung
– Pandangan berkunang-kunang
– Telinga berdenging
– Nafas tidak teratur
– Muka pucat
– Lemas
– Keringat dingin lambat
Penanganan:
– Baringkan korban dalam posisi terlentang
– Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
– Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan
– Beri udara segar
– Periksa kemungkinan cedera lain
– Selimuti korban
– Korban diistirahatkan beberapa saat
– Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >>
posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan
B.
Dehidrasi
yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan.
Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang
masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl,
Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan
cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu
berlebihan.
gejala dan tanda dehidrasi:
1. dehidrasi ringan:
– Defisit cairan 5% dari berat badan
– Penderita merasa haus
– Denyut nadi lebih dari 90x/menit
2. Dehidrasi sedang:
– Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
– Nadi lebih dari 90x/menit
– Nadi lemah
– Sangat haus
3. Dehidrasi berat:
– Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
– Hipotensi
– Mata cekung
– Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
– Kejang-kejang
Penanganan:
– Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
– mengganti elektrolit yang lemah
– Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
– Memberantas penyebabnya
– Rutinlah minum jangan tunggu haus.
C.
Asma yaitu
penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala:
– Sukar bicara tanpa berhenti, untuk
menarik nafas
– Terdengar suara nafas tambahan
– Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
– Irama nafas tidak teratur
– Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
– Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
– Tenangkan korban
– Bawa ketempat yang luas dan sejuk
– Posisikan ½ duduk
– Atur nafas
– Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
D. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala
yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan,
gangguan kesehatan dll.
Gejala:
– Kepala terasa nyeri/berdenyut
– Kehilangan keseimbangan tubuh
– Lemas
Penanganan:
– Istirahatkan korban
– Beri minuman hangat
– beri obat bila perlu
– Tangani sesuai penyebab
E.
Maag/Mual yaitu gangguan
lambung/saluran pencernaan.
Gejala:
– Perut terasa nyeri/mual
– Berkeringat dingin
– Lemas
Penanganan:
– Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi
korban
– Beri minuman hangat (teh/kopi)
– Jangan beri makan terlalu cepat
F. Lemah jantung
yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah
kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala:
– Nyeri di dada
– Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit
membungkuk
– Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
– Denyut nadi tak teraba/lemah
– Gangguan nafas
– Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
– Kepala terasa ringan
– Lemas
– Kulit berubah pucat/kebiruan
– Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa
terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.
Penanganan:
– Tenangkan korban
– Istirahatkan
– Posisi ½ duduk
– Buka jalan pernafasan dan atur nafas
– Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
– Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
– Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain
didekatnya)
G. Histeria yaitu
sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak,
berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala:
– Seolah-olah hilang kesadaran
– Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
– Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
– Tenangkan korban
– Pisahkan dari keramaian
– Letakkan di tempat yang tenang
– Awasi
H. Mimisan yaitu
pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala:
– Dari lubang hidung keluar darah dan
terasa nyeri
– Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung
tersumbat oleh darah
– Kadang disertai pusing
Penanganan
– Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
– Tenangkan korban
– Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
– Diminta bernafas lewat mulut
– Bersihkan hidung luar dari darah
– Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan
Pertolongan Pertama
Inilah beberapa contoh kasus – kasus kecelakaan atau
gangguan kegiatan dialam terbuka, dan masih banyak lagi contoh – contoh dan
kasus – kasus lainnya dialam terbuka. Adapun beberapa Alat Pelindung Diri (APD)
dan Peralatan yang digunakan terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Sarung tangan Lateks
2. Kacamata Pelindung
3. Masker Penolong
4. Masker Resusitasi
Pemakaian APD tidak sepenuhnya dapat melindungi penolong. Ada
beberapa tindakan lain yang harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan, yaitu:
1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan Peralatan.
Adapun Peralatan Pertolongan Pertama lainnya adalah:
1. Penutup Luka
– Kasa Steril
– Bantalan Kasa
2. Pembalut, contoh:
– Pembalut Gulung / Pipa
– Pembalut Segitiga / Mitela
– Pembalut Tubuler / Tabung
– Pembalut Rekat / Plester
3. Cairan Antiseptik, contoh:
– Alkohol 70%
– Povidone iodine 10%
4. Cairan Pencuci Mata
– Boorwater
5. Peralatan Stabilisasi, contoh:
– Bidai
– Papan Spinal Panjang
– Papan Spinal Pendek
6. Gunting Pembalut
7. Pinset
8. Senter
9. Kapas
10. Selimut.
11. Kartu Korban
12. Alat Tulis
13. Oksigen
14. Tensimeter dan Stetoskop
15. Tandu
Semua Peralatan diatas kecuali yang berukuran besar, dapat
dimasukkan ke dalam tas atau sejenisnya. Daftar peralatan di atas tidaklah
harus selalu sama, dapat bervariasi tergantung dari kemampuan penolong dan juga
ketersediaan peralatan tersebut.
Catatan : Sebagai Pelaku Pertolongan Pertama, kita harus mampu
berimprovisasi mempergunakan bahan atau peralatan yang ada jika terjadi
kekurangan atau ketiadaan peralatan tersebut, sehingga korban bisa ditolong
dengan maksimal
No comments:
Post a Comment